Selasa, 07 Juli 2015

# Tangeran-Jakarta
Sebelum laut melahap habis senjanya
Membiarkan ia memberikan keindahan terhadap burung camar
Melongok dari celah mengamati haru biru orang berlalu
Angin menghentakkan tirai lusuh sekian tahun
Hatiku telah dicuri oleh sang malam,
Lalu dibawa ke kota Tangerang
Di sudut perbatasan kota antara Tangerang-Jakarta
Lampu kota mengantarkan bayangan dikau

Mei, 2015
#peluru
Peluru hitam meluncur tanpa suara,
Hanya sorotan matanya yang tajam menghujam jiwa,
Hancur kala itu.
Bangkit dan melirik yang lain.
Dia berusaha mengumpulkan hatinya yang berkeping-keping.
Lalu jiwanya tak bergeming.


                   Semarang, 07 Feb 2015
# Tangeran-Jakarta
Sebelum laut melahap habis senjanya
Membiarkan ia memberikan keindahan terhadap burung camar
Melongok dari celah mengamati haru biru orang berlalu
Angin menghentakkan tirai lusuh sekian tahun
Hatiku telah dicuri oleh sang malam,
Lalu dibawa ke kota Tangerang
Di sudut perbatasan kota antara Tangerang-Jakarta
Lampu kota mengantarkan bayangan dikau

Mei, 2015
Suara

Kami datang dari persimpangan jalan
Kami tak pernah minta jutaan
Kami hanya minta recehan
Lalu kami kumpulkan
Untuk membeli makan
Kenapa kami masih dihina dan dikucilkan?

Kami juga tak pernah mimpi jadi penguasa
Karena kami takut disidik KPK!!!
Kami ada di jalanan kota metropolitan Jakarta
Meski kami makan sisa-sisa mereka
Tapi kami bahagia!!!
Tak pernah masuk penjara hahaha...
Semarang, 12 Feb 2015


Rabu, 22 Januari 2014

Resensi buku “Studi Islam Kontemporer”.
Penulis : M. Rikza Chamami, M SI
Desain Isi : Miftakhul Arif
Desain Cover : Abu Fadhel
Penerbit : Pustaka Rizki Putra, Jl. Hayam Wuruk 42-G Semarang 50241
Tebal Buku : xii + 227 hlm
Cetakan : Pertama, Desember 2012

M. Rikza Chamami, M SI. Lahir di Desa Krandon Kota Kudus 20 Maret 1980. Pendidikan: TK dan SD di Nawa Kartika Langgardalem Kudus. Lalu menjadi siswa MI-MTs-MA di Madrasah Qudsiyyah Kauman Kudus. Pendidikan non formal ditempuh di Madrasah Mu’awanatul Muslimin Kudus, Pondok Pesantren DarunNajah Jrakah Tugu Semarang dan Kursus Bahasa Inggris LBPP LIA Candi.
Program S.1 di IAIN Walisongo Semarang Jurusan Kependidikan Islam (KI) dan Program Minor Pendidikan Bahasa Arab (PBA).Dilanjut Program Pascasarjana di IAIN Walisongo Program Studi Pendidikan Islam.Saat ini aktif sebagai Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Semarang dan Skretaris Laboratorium Pendidikan Fak. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
M. Rikza Chamami menulis buku “Studi Islam Kontemporer”sebagai bentuk wujud merespons realita agama sebagai penghambaan kepada Tuhan. Agama juga dijadikan sebagai alat untuk menganalisis realitas sosial yang dinamis. Ia melakukan hal ini karena diskusi yang sering dilakukan saat kuliah sehingga muncul sebuah buku “Studi Islam Kontemporer” yang berisi sepuluh bab.
Bab pertama, membahas pasang surut kebangkitan culture dan keilmuan umat Islam pada masa dinasti Abbasiyah.keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad, Abdullah Al-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Dinasti ini berkuasa dalam waktu yang sangat panjang, sekitar 580 tahun (750 M/132 H – 1258 M/ 656 H). Disintegrasi ditandai dengan tigahal. Pertama, munculnya dinasti-dinasti kecil di Barat maupun Timur Baghdad yang berusaha melepaskan diri atau meminta otonomi. Kedua, perebutan kekuasan oleh dinasti Buwaihi dari Persia dan Saljuk dari Turki Di Baghdad, sehingga menjadikan fungsi khalifah bagaikan boneka. Ketiga¸lahirnya perang salib antara pasukan Islam dengan pasukan salib Eropa.
Bab kedua, membahas mengenai kajian kritis dialektika fenomenologi dan Islam. Kolerasi kesadaran (subyek) dengan realitas (obyek) ini dijelaskan Husserl melalui konsep intensionalitas. Dengan konsep ini, realitas obyek tidak bisa dipahami berdiri sendiri; ia selalu lengket dengan subyek. Ambil contoh sebuah agama. Realitas agama ini tergantung pada subyek yang melihatnya (kyai, pendeta, penguasa, cendekiawan, dsb). Dengan demkian, subyek memahami realitas sesuai dengan kepentingannya, sehingga obyek realitas (dalam hal ini agama) tidak murni lagi. Jika memang seperti itu pengamatan seseorang terhadap  realitas, lantas bagaimana kita mendapatkan obyek yang sungguh-sungguh murini, terlepas dari berbagi prasangka dan bisa ideologis? Jalan satu-satunya adalah dengan Fenomenologi.
Secara etimologis fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gelaja, yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semu. Juga dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati lewat indera. Fenomenologi memperhatikan benda-benda yang kongkrit, bukan dalam arti yang ada dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi struktur yang pokok dari benda-benda tersebut, sebagaimana yang kita rasakan dalam kesadaran kita. Karena kesadaran kita merupaka ukuran dari pengalaman.
Bab selanjutnya membahas filsafat materialisme Karl Mark dan Friedrick Engels. Karl Mark (1818-1883) dan Friedrick Engels (1820-1895) adalah filsuf yang menggagas materialisme dialektis dan materialisme historis yang berkiblat pada Hegel secara kritis dengan melakukan rekonstruksi. Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi.
Bab ke-empat membicarakan skeptisisme otentitas hadits: kritik orientalis Ignaz Gorldziher.Dalam rangka membuat kritik hadits, Gorldziher masih memilah antara hadits dan sunnah. Ia menyatakan bahwa hadits bermakna suatu disiplin ilmu teoritis dan sunnah adalah kopendium aturan-aturan praktis. Ada hikmah dibalik skeptisisme otentitas hadits yang didendangkan oleh Gorldziher, bahwa umat islam hendaknya tergugah semangatnya untuk meneliti keaslian hadits secara ilmiah, tidak hanya percaya dengan doktrinasi agama yang sifatnya normative danpersuasive.
Bab ke-lima dan ke-enam membahas telaah sosio-kultural: Manhaj Ahlul Madinah dan Postmodernisme: Realitas Filsafat Kontemporer. Membicarakanbanyak permasalahan yang timbul dalam istimbat hukum semenjak meninggalnya Nabi Muhammad SAW. Hal inilah yang melatar belakangi lahirnya berbagai macam madzhab. Sehingga muncul dua madzhab besar dalam hukum Islam, yaitu ahlul Hadits dan ahlul Ra’yi. Selanjutnya Post-modernisme identik dengan dua hal. Pertama, post-modernisme dinilai sebagai keadaan sejarah setelah zaman modern. Kedua, post-modernisme dipandang sebagai gerakan intelektual yang mencoba menggugat, bahkan mendekonstruksi pemikiran sebelumnya yang berkembang dalam bingkai paradigm pemikiran modern.
Bab ke-tujuh ini mengulas mengenai potret metode dan corak Tafsir Al-Azhar. Tafsir Al-Azhar adalah salah satu tafsir karya warga Indonesia yang dirujuk atau dianut dari Tafsir Al-Manat karya Muhammad Abdu dan Rasyid Ridla. Melihat ciri khas yang ada dalam tafsir karya Hamka tersebut, maka nampak metode tahlili bergaya tertib mushaf dan corak kombinasi ­al-Adabi al-Ijtima’i-sufi.
Pada bab yang ke-delapan buku ini mengulas mengenai diskursus metode hermeneutika Al-Qur’an. Hermeneutika Al-Qur’an adalah salah satu metode untuk membedah kandungan makna ayat Allah ini dengan menyesuaikan konteks dan membuat ayat itu semakin kontekstual. Diskursus penafsiran Al-Qur’an tradisional lebih banyak mengenal istilah al-tafsiral-ta’wil, dan al-bayan.
            Seterusnya bab ke-sembilan mengkaji Jawa dan Tradisi Islam Penafsiran Historiografi Jawa Mark R Woodward, ia seorang Profesor Islam dan Agama-agama Asia Tenggara di Arizona State University. Menyatakan bahwa Islam Jawa adalah islam, buka Hindhu atau Hindhu-Budha. Lalu Islam Jawa adalah unik yang disebabkan konsep sufi mengenai kewalian, mistik dan kesempurnaan manusia diterapkan dalam formulasi suatu kebudayaan kraton.
            Bab terakhir ini mengulas tentang Reinterpretasi Profil Peradaban Islam. Berbicara strategi kebudayaan dan peradaban Islam, tesis Samuel P Huntinton tentang the clash of civilization dapat dijadikan langkah awal dalam melihat posisi peradaban Islam di tengah konstalasi perdaban global. Kemampuan untuk merekonsiliasikan diri secara kreatif dan cerdas dengan berbagai tantangan global tersebut. Tentu akan menciptakan tekstur peradaban Islam yang progesif, liberatif, dan toleran.
            Dari bab per bab yang disajikan dalam buku ini ada beberapa kelebihan sehingga sangat menarik bagi pembaca. Di antaranya, buku ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami bagi kaum intelektual atau tingkat akademik karena banyak menggunakan bahasa ilmiah. Mencantumkan para tokoh pemikir Barat dan pemikir Muslim sehingga memberikan informasi yang akurat. Setiap bab diberikan kesimpulan dan adanya footnote juga membantu bagi pembaca untuk memahami lebih dalam.

            Namun ada kekurangan dalam buku ini yaitu masih ada kata yang kurang satu huruf atau dua huruf. Terlalu banyak menggunakan bahasa akademik sehingga buku ini terkesan hanya untuk lingkungan akademik, bukan kalangan umum.  Dan tulisan Arab (al-Qur’an) sebaiknya dikasih harakat supaya orang yang tidak tahu ilmu Nahwu Shorof tidak salah membaca saat melafadzkannya. Akan tetapi, buku ini tetap menarik untuk dibaca bagi para mahasiswa yang berkecimpung dalam dunia ke-Islam-an.
Vitalitas KemandirianMahasiswa.
Mahasiswa merupakan kaum intelektual yang memiliki sejuta kreativitas, inovasi, serta visi dan misi yang jelas yang diharapkan bisa memberikan perubahan pada bangsa. Hal ini ditentukan para kaum muda atau mahasiswa yang mandiri ditunjang dengan pengalaman selama berkecimpung di lingkungan perguruan tinggi.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuhmenyatakan “Yang bisa membedakaan mahasiswa dan siswa adalah kedewasaan. Mereka (mahasiswa) harus memegang dua hal substansial, yakni tanggung jawab dan kemandirian.”
Mahasiswa yang mandiri adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk mandiri dan bertanggung jawab di tengah arus besar globalisai. Kemandirian seseorang tidak dimiliki dengan cara instan. Melainkan butuh proses untuk menjadi dewasa. Mahasiswa atau seseorang dikatakan mandiri bukan ditentukan faktor usia. Akan tetapi, faktor kedewasaan. Kedewasaan mencerminkan pribadi seseorang telah mandiri. Dan kemandirian ini dipengaruhi oleh dua faktor.
Pertama faktor luar yang sering disebut faktor Eksogen. Faktor ini berasal dari luar diri seseorang seperti keluarga, sekolah atau lingkungan pendidikan dan masyarakat. Kedua faktor dari dalam atau Endogen yaitu faktor berasal dari dalam diri sesorang yakni fisiologis dan psikologis.
Tentunya mereka (mahasiswa) menemukan berbagai kendala saat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.Baik itu kurangnya fasilitas, sarana prasana yang kurang memadai dan juga kehadiran dosen mempengaruhi akademiknya. Meskipun demikian mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri agar bisa mengatasi atau menemukan solusi yang mereka hadapi selama menempuh studinya di kampus.
Bagaimana caranya menjadi mahasiswa mandiri?Yang paling signifikan adalah faktor Endogen. Bila faktor Endogennya sudah bisa menjadi fondasi yang kukuh bagi dirinya maka ia tidak akan terpengaruh dengan lingkungan sekitar. Ada kemungkinan ia akan mempengaruhi orang sekitarnya sehingga mereka ikut-ikutan hidup mandiri dalam menitih karirnya.
Kemandirian akan menjadi fondasi yang lebih kuat dan kebebasan memilih ruang gerak yang makin luas, makin kuat fondasi dan makin luas ruang gerak akan mendorong mahasiswa (setiap orang) berperan secara optimal dalam kehidupan, akibatnya keberanian mendesain jalan hidup sendiri akan tumbuh tanpa terbelenggu oleh hal-hal yang dapat meredupkannya.
            Kemandirian belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk melakukan aktivitas belajar dengan cara mandiri atas dasar motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi tertentu sehingga bisa dipakai untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Bisa lewat browsing google atau melakukan diskusi-diskusi dengan teman sejawatnya dan juga lebih banyak membaca buku
Seorang mahasiswa dengan kesadaran sendiri mau belajar sesuai dengan jadwal yang ia tetapkan sendiri.Dengan kemauan sendiri berlatih suatu ketrampilan tertentu, seperti olahraga, musik, tari, teknologi. Juga tidak mau terlalu banyak bergantung kepada bantuan orang lain.

Oleh karena itu siapa pun dia. Yang menjadi mahasiswa sudah seharusnya aktif akan mencari bahan mata kuliah sendiri. Sehingga dalam kemandirian belajar, seorang siswa harus proaktif serta tidak tergantung pada seorang dosen.

Minggu, 19 Januari 2014

Kutemukan Cinta di Matamu

Malam bergeming terdengar kalam cinta
Pena menari merangkai kata
Menceritakan kisah nyata
Kau tertawa
Dan aku melihat ada sebuah nama dalam mata
Kau terdiam
Dan aku tersenyum
Kau bertanya dengan bola mata

Dan aku melihat ada cinta di dalamnya.\.